Jumat, 15 Juni 2012

Parasintesis


Parasentesis
Pengertian:
parasentesis adalah pungsi (usaha pengaspirasian cairan secret) pada membrane timpani/ gendang telinga dengan menggunakan syringe dan jarum khusus untuk mendapatkan secret.

Tujuan :
1.      Menghentikan infeksi permanen
2.      Memperbaiki fungsi pendengaran

Indikasi:
OMSK


Kontra Indikasi:
1. Gangguan pada membran tympani.
2. perdarahan akibat trauma liang telinga luar
3. Dislokasi tulang pendengaran
4. Trauma pada fenestra rotundum
5. Trauma nervus fasialis
6. Trauma pada bulbus jugular


Peralatan:
1. Syringe 1cc
3. Needle no.23
4. Alcohol swab
5. Xylocain spray
6. Aplikator kapas/ cotton Bud baby
7. Betadine cair
8. Gloves (sarung tangan)
9. Lampu kepala


Prosedur Kerja:
1. Kumpulkan semua peralatan.
2. Identifikasi pasien.
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
4. Cuci tangan.
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Berikan pasien posisi duduk secara nyaman
7.Anestesikan liang telinga pasien dengan menyemprotkan xylocain spray pada liang telinga yg akan dilakukan parasentesis
6. Disinfeksikan telinga dalam dan telinga luar dengan betadine
7. Arahkan lampu sorot kearah liang telinga hingga Nampak gendang telinga
8. Atur ketepatan syringe pada daerah yang akan ditusukkan lalu diaspirasikan hingga terdapat cairan secret.
9. Proses terakhir setelah ciran teraspirasi sepenuhnya, oleskan cairan betadine pada liang telinga yang baru saja dilakukan tindakan parasentesis
10. Rapihkan pasien beserta alat yang telah dipakai


Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan parasentesis
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cairan.
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.

         
                                                                                                Metode parasentesis

Irigasi telinga

IRIGASI TELINGA
Pengertian:
Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga.
Tujuan: Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

Indikasi:
1. Sumbatan serumen.
2. Adanya benda asing dalam telinga.

Kontra Indikasi:
1. Gangguan pada membran tympani.

Kemungkinan Komplikasi:
Ruptur (pecah) pada membran tympani.

Peralatan:
1. Alat irigasi telinga (peralatan dapat bervariasi dari sprit balon, syringe dengan ujung abocath sampai water pik) bila tersisa.
3. Air bersih(sama dengan suhu tubuh)
4. Bengkok untuk menampung cairan.
5. Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien.
6. Aplikator kapas/ cotton Bud baby


Prosedur Kerja:
1. Kumpulkan semua peralatan.
2. Identifikasi pasien.
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
4. Cuci tangan.
5. Tutupi pasien dengan handuk/laken.
6. Berikan pasien posisi duduk.
7. Tarik aurikel (daun telinga) ke atas dan ke belakang.
8. Arahkan aliran cairan dari bagian atas liang telinga menggunakan spuit balon/water pik.
9. Keringkan bagian luar telinga setelah irigasi telinga dilakukan.

                                   



Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan irigasi telinga.
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cairan.
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cairan yang keluar.
5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.


      


Ekstraksi Benda Asing

Ekstraksi Benda Asing
Pengertian : Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Pada kasus THT biasanya benda asing tersebut bisa terdapat pada liang telinga, rongga hidung, maupun terdapat pada esophagus.
Tujuan :
a.       Untuk pemenuhan rasa nyaman
b.      Untuk mencegah terjadinya komplikasi yg lebih lanjut
Indikasi:

1. Adanya benda asing didalam telinga, co: cotton bud, serangga, manik-manik, dll.
2. Adanya benda asing di tenggorokkan co: duri ikan, sterples, dll.
3. Adanya benda asing di dalam rongga hidung co: biji bijian, hard toys,dll.

Kontra Indikasi:
Perdarahan mungkin bisa terjadi, bila pasien tidak kooperatif.


Peralatan:
1. Aligator, cunam dan besi tumpul khusus untuk mengambil benda asing didalam rongga    hidung.
2. Gloves bersih
3. Lampu kepala
4. Bengkok dan tissue

               
                  Aligator                                         Besi Khusus                                 Cunam






Prosedur Kerja:
1. Kumpulkan semua peralatan.
2. Identifikasi pasien.
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
4. Cuci tangan.
5. Pasang Gloves.
6. Berikan pasien posisi duduk.
7. Cari dan pastikan dimana letak benda asing tersebut dengan memakai head lamp.
8. Bila ragu gunakan mesin endoskopi untuk melihat.
9. Ambil secara perlahan dan hati hati
10. Rapikan pasien dan alat

Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan ekstrkasi benda asing.
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah benda asing.
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter benda.
5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga

Ekstraksi Cerumen

PERLU ATAU TIDAKNYA MEMBERSIHKAN TELINGA

Serumen merupakan Produk Glandula seruminosa & Glandula sebacea di pars cartilaginea canalis aurikularis. Glandula seruminosa adalah Glandula sudorifera (kelenjar keringat) yang mengalami modifikasi. Sifat serumen padat, lunak dengan warna coklat, hitam. Serumen yang menyumbat canalis auricula disebut impacted cerumen prop --> mengganggu pendengaran.
Kebiasaan mengorek-ngorek telinga lazim kita jumpai, baik dengan menggunakan batang korek api, tisu, lidi kapas khusus, cotton bud atau bahkan benda-benda kecil yang terbuat dari logam.
Apapun ceritanya, mengorek kuping itu dianggap kegiatan yang sangat mengasyikkan. Namun perlu diiingat bahwa mengorek kuping dengan cara yang tidak benar akan sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal, apapun jenis bahan yang digunakan.
Parahnya lagi, masih banyak di antara kita yang memiliki kebiasaan mengorek-ngorek liang telinga dengan jari berkuku tajam. Tanpa disadari, akibat gesekan kuku jari tersebut dengan dinding saluran telinga luar akan menjadi peradangan yang tidak bisa dianggap sepele. Jika cukup berat maka akan menimbulkan semacam bisul atau jenis penyakit lainnya.
Pada dasarnya, bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi masuknya kotoran. Liang telinga yang bersudut membuat kotoran, seperti debu atau serangga, sulit menembus bagian yang lebih dalam. Di mana tugas menghalau kotoran, bisa berupa minyak maupun kotoran kering, juga dilakukan oleh kelenjar rambut yang terdapat di bagian depan setelah liang telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang bernama serumen yang lebih kita kenal sebagai tai telinga atau getah. Tai telinga inilah yang akan menangkap kotoran dan dengan sendirinya membersihkannya.
Lantas, perlukah serumen dibersihkan dan bagaimana cara membersihkan kotoran kuping dengan benar dan aman? Membersihkan serumen secara terus-menerus apalagi sampai dihilangkan seluruhnya justru akan merugikan. Pada prinsipnya, telinga akan membersihkan dirinya sendiri. Biasanya serumen akan terbentuk sedikit demi sedikit, kemudian akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dengan membawa serta berbagai kontaminan yang terperangkap bersamanya. Setelah sampai di luar lubang telinga, serumen akan hilang menguap oleh panas. Namun, kondisinya mungkin berbeda pada setiap orang, bergantung pada banyaknya produksi serumen.
Dokter berpendapat, dalam keadaan serumen yang sangat berlebihan sekalipun penggunaan lidi kapas atau cotton bud atau yang sejenisnya tidak dapat dibenarkan. Kalaupun menggunakannya, itu hanya terbatas untuk membersihkan bagian luar lubang telinga, bukan untuk mengoreknya. Namun akan lebih baik bila melakukan kunjungan rutin ke klinik THT untuk membersihkan telinga, dari pada membersihkannya sendiri.
Dia mengatakan, banyak orang sering salah kaprah menyangka tai kuping sebagai kotoran. Padahal fungsinya sangat penting untuk membersihkan kotoran yang masuk. Karena secara alamiah, kotoran yang masuk akan kering dan keluar sendiri. Dengan begitu Tai kuping tidak perlu dibuang, kecuali jika menggumpal dan menyumbat liang telinga sehingga menghalangi masuknya gelombang suara ke telinga dalam. Apalagi dalam kadar normal, tahi telinga hanya menutupi permukaan dinding telinga. Jika dibersihkan, getah akan diproduksi lagi, begitu seterusnya. Maka sebaiknya telinga tidak perlu dibersihkan dengan cara dikorek, apalagi sampai ke telinga dalam. Cukup bersihkan bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang telinga.
Dengan mengorek telinga, kita justru mendorong serumen ke celah sempit pada bagian dalam telinga, tempat di mana seharusnya serumen tidak terbentuk. Akibatnya serumen akan terjebak dan terakumulasi hingga akhirnya menyebabkan sumbatan pada lubang telinga. Sumbatan tersebut akan menghalangi hantaran gelombang suara ke gendang telinga, sehingga pendengaran akan terasa berkurang. Selain itu, gejala akibat sumbatan serumen dapat pula berupa rasa nyeri pada telinga.
Mengorek telinga juga bisa mengakibatkan perbenturan, sebab telinga bentuknya bersudut. Perbenturan ini akan mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan. Di mana, pengorekan yang terlalu keras atau dalam bisa mengakibatkan trauma, ditambah dinding telinga akan mudah berdarah. Masih ada lagi, mengorek telinga juga bisa membuat kolaps bahkan kematian.
Untuk mengeluarkan kotoran telinga, Dokter menganjurkan untuk tidak menggunakan cotton bud atau korek kuping untuk membersihkan telinga. Soalnya kita tidak tahu daerah mana saja yang boleh dibersihkan. Bila dilakukan dengan cara sembrono, bisa jadi gendang telinga akan terluka dan mengakibatkan ketulian atau rusaknya pendengaran secara permanen.
“Untuk mengeluarkan kotoran telinga, dokter biasanya mengunakan pengait atau sendok serumen atau cerumen spoon yang terbuat dari logam. Bila kotoran telinga lunak, akan diisap dengan pompa vakum atau dengan menyemprotkan air hangat ke dalam liang telinga. Bila tidak berhasil karena kotoran keras, dokter akan meminta pasien meneteskan obat tetes selama beberapa hari untuk memudahkan pengambilan kotoran tersebut. Tapi biasanya dokter akan meneteskan sekitar tiga puluh persen H202 dan membiarkannya selama lima belas menit atau setengah jam. setelah itu barulah kotoran disedot pakai saction atau alat sedot.
Kalau tindakan membersihkan liang telinga yang tidak benar terjadi, maka akan mengakibatkan penyumbatan. Bahkan dapat mengakibatkan bagian tengah liang telinga menyempit dan luka sehingga timbul rasa nyeri dan infeksi. Hal ini dapat terjadi, sekalipun hanya karena gesekan cotton bud, luka pada kulit liang telinga yang terjadi pada saat kotoran tersebut bergerak. Dan hal terburuknya bila benda yang digunakan masuk terlalu dalam dan tertinggal, sehingga menembus atau merobek gendang telinga yang berfungsi menerima getaran gelombang suara.
Karena itu, membersihkan telinga tidak perlu dilakukan. Bila kotoran terasa penuh dan banyak, sebaiknya minta bantuan dokter spesialis dan usahakan tidak membersihkan sendiri. Pasalnya, selain kita tidak tahu seberapa dalam mengorek liang telinga, mungkin kotoran justru akan semakin terdorong ke dalam.
“Kalaupun telinga terasa gatal, sebaiknya dibiarkan saja. Karena gatal pada telinga tidak berarti telinga kita kotor. Bila telinga terasa gatal adalah hal yang wajar. Kalau kotoran sudah terlanjur atau telah mengeras di dekat gendang telinga, segera periksa ke dokter ahli THT. Biasanya dokter akan memberikan obat tetes telinga atau karbol gliserin 10 persen untuk memecahkan kotoran tersebut. Setelah itu kotoran yang sudah pecah disemprot atau dikorek keluar. Sementara infeksi yang barangkali timbul lantaran iritasi kotoran itu diatasi dengan memberikan obat antibiotika.

Pengertian ekstraksi cerumen :
Suatu usaha atau tindakan mengeluarkan kotoran telinga dengan menggunakan cotton bud maupun pengait cerumen/sendok cerumen yang terbuat dari besi.
Indikasi:
Sumbatan serumen.


Kontra Indikasi:
1. Gangguan pendengaran konduktif
2. Rasa tidak nyaman akibat tidak dapat mendengar dengan jelas
3. Rasa nyeri bila cerumen padat membatu dan menekan dinding liang telinga
4. Tinitus dan Vertigo bila cerumen menyentuh membrane tympani

Kemungkinan Komplikasi:
Lecet bahkan berdarah bila tehnik ekstraksi cerumen tidak benar.

Peralatan:
1. Mesin suction beserta vacuum dengan berbagai ukuran.
3. Cerumen hak/sendok cerumen dengan berbagai ukuran
4. Aplikator kapas/ cotton Bud Baby
5. Xylocain spray, carbo glycerin dan rivanol jika diperlukan
6. Gloves/sarung tangan bersih
7. Bengkok beserta Tissue


Prosedur Kerja:
1. Kumpulkan semua peralatan.
2. Identifikasi pasien.
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.
4. Cuci tangan kemudian pasang sarung tangan.
5. Tutupi pasien dengan handuk/laken.
6. Berikan pasien posisi duduk.
7. Tarik aurikel (daun telinga) ke atas dan ke belakang.
8. Arahkan lampu sorot kepala ke lubang telinga pasien.
9. Bila cerumen pasien sedikit, lunak dan cair dan kental : gunakan suction hisap kotoran hingga bersih lalu usap dengan aplikator kapas hingga bersih.

              
            Suction telinga                                                Aplikator kapas

10. Bila cerumen padat dan lunak : gunakan cerumen hak atau sendok cerumen, bila perlu tetesi carbo glycerin terlebih dahulu atau xylocain spray, meringkan pasien kearah telinga yg tidak ditetesi cairan pelunak hingga beberapa saat, tujuan agar dapat meresap kedalam liang telinga pasien, sehingga cerumen mudah dikeluarkan. Arahkan lampu sorot ke liang telinga pasien, keluarkan cerumen menggunakan cerumen hak dengan perlahan dekit demi dikit.

                                           
       Cerumen hak                                                              Xylocain spray
11. Bila cerumen padat dan membatu, biasanya dokter memberikan obat tetes carboglycerin 0,5% selama 5 hari, tujuannya agar cerumen melunak dan mudah untuk dibersihkan atau dikeluarkan. Bila sudah melunak biasanya dokter THT membersihkan kotoran yg sudah melunak dengan mengirigasi telinga pasien.

            Cerumen padat


11.Bersihkan pasien dan rendam alat bekas pakai kedalam cairan desinfektan.

Tindak Lanjut:
1. Kaji keberhasilan ekstraksi cerumen telinga.
2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cerumen.
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cerumen yang keluar.
5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga