Kolesteatom
Definisi
Kolesteatoma
adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi jaringan epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.1
Seringkali kolesteatoma dihubungkan dengan kehilangan pendengaran dan infeksi
pada telinga yang menghasilkan cairan pada telinga. Tetapi dapat juga tanpa
gejala.2
Istilah
kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johannes Muller pada tahun 1838 karena
disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, ternyata bukan. Beberapa istilah
lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara lain adalah: keratoma
(Schucknecht), squamous epiteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel.
1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959), kista dermoid (Fertillo,
1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).1 Seluruh epitel kulit
(keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada
lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga
merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen yang
pada (serumen plug) di liang telinga dalam waktu yang lama, maka dari
epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperagkap sehingga
membentuk kolesteatom. Kolesteatom ini merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa.
Kolesteatom cepat membesar bila sudah disertai dengan infeksi. Kolesteatom ini
akan menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap
tulang. Terjadinya proses nekrosis diperhebat olh karena adanya pembentukan
reaksi asam oleh pembusukan bakteri.
![kolesteatom](file:///C:/DOCUME%7E1/POLIKL%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg)
Walaupun
kolesteatom sudah dikenal sejak pertengahan abad ke 19, namun sampai sekarang patogenesis
penyakit ini masih belum jelas. Banyak teori telah dikemukakan oleh para ahli
tentang pathogenesis kolesteatom, antara lain: teori invaginasi, teori
imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi.
Klasifikasi
dan Patogenesis
Berdasarkan
etiologi kolesteatoma dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu
kongenital dan didapat (akuisita).
1)
Kolesteatom Kongenital
Kolesteatoma
kongenital terjadi karena perkembangan dari proses inklusi pada embrional atau
dari sel-sel epitel embrional. Karena itu kolesteatoma ditemui di
belakang dari membran tympani yang intak, tanpa berlanjut ke saluran telinga
luar dengan tidak adanya faktor-faktor yang lain seperti perforasi dari membran
tympani, atau adanya riwayat infeksi pada telinga.
Berdasarkan
teori klasik oleh Derlacki dan Clemis (1965), kolesteatoma kongenital terjadi
pada di belakang membran tympani yang intak, tanpa riwayat infeksi sebelumnya.4
Namun definisi ini telah berubah setelah diketajui bahwa hampir 70% anak akan
mengalami sekurang-kurangnya satu kali episode otitis media.4 Oleh
karena itu Levenson, dkk (1989) membuat modifikasi definisi kolesteatoma
kongenita (Tabel 1)
Tabel
1. Kriteria Kolesteatoma Kongenital Telinga Tengah 3
|
Tipikal
kolesteatom kongenital ditemukan pada bagian anterior mesotympanum atau pada
area sekitar tuba eustachius, dan sering terjadi pada awal kanak-kanak (6 bulan
sampai 5 tahun).5 Penelitian Levenson menunjukkan bahwa rata-rata
usia terjadinya kolesteatoma kongenital adalah 4,5 tahun dengan perbandingan
antara anak laki-laki dan perempuan 3:1. Dua pertiga kasus terjadi pada
kuadran anteroposterior membran tympani.3
Etiologi
dan patogenesis kolesteatoma belum diketahui dengan jelas. Dua teori yang
sering digunakan adalah kegagalan involusi penebalan epitel ektodermal yang
terjadi pada masa perkembangan fetus pada bagian proksimal ganglion
genikulatum, serta teori terjadinya metaplasi mukosa telinga tengah.
1)
Kolesteatom Aquisita
Kolesteatoma
aquisita dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Faktor terpenting
dari kolesteatoma aquisita, baik primer maupun sekunder, adalah epitel skuamous
keratinisasi tumbuh melewati batas normal.3 Kolesteatoma aquisita
primer merupakan manifestasi dari perkembangan membran tympani yang
retraksi. Kolesteatoma aquisita sekunder sebagai konsekuensi
langsung dari trauma pada membrane tympani.
Jika
terjadi disfungsi tuba Eustachius, maka terjadilah keadaan vakum pada telinga
tengah. Sehingga pars flaccida membrana tympani tertarik dari
terbentuklah kantong (retraction pocket). Jika kantong retraksi
ini terbentuk maka terjadi perubahan abnormal pola migrasi epitel tympani,
menyebabkan akumulasi keratin pada kantong tersebut. Akumulasi ini
semakin lama semakin banyak dan kantong retraksi bertambah besar ke arah
medial. Destruksi tulang-tulang pendengaran sering terjadi pada kasus
ini. Pembesaran dapat berjalan semakin ke posterior mencapai aditus ad
antrum menyebar ke tulang mastoid, erosi tegmen mastoid ke durameter dan atau
ke lateral kanalis semisirkularis yang dapat menyebabkan ketulian dan vertigo.3,4,5
Patogenesis
kolesteatoma aquisita sekunder diterangkan dengan beberapa teori, yaitu: teori
implantasi, teori metaplasi, dan teori invasi epitelial. Menurut teori
implantasi, epitel skuamous terimplantasi ke telinga tengah sebagai akibat
pembedahan, adanya benda asing, atau trauma.
Berasarkan
teori metaplasia, epitel terdeskuamasi diubah menjadi epitel skuamosa
stratified keratinisasi akibat terjadinya otitis media akut berulang ataupun
kronis. Sedangkan mekanisme menurut teori invasi epitel adalah bahwa
kapanpun terjadi perforasi pada mambran tympani, epitel squamous akan
bermigrasi melewati tepi perforasi dan bejalan ke medial sejajar dengan
permukaan bawah gendang telinga merusak epitel kolumnar yang ada.
Telah
diyakini bahwa proses ini disebabkan infeksi kronik yang terus berlangsung
dalam cavum tympani. Pertumbuhan papiler ke dalam yang menyebabkan
perkembangan kolesteoma bermula pada pars flaccida. Reaksi peradangan pada
ruang Prussack (Prussack’s space), yang biasanya disebabkan ventilasi
yang buruk pada daerah ini dapa menyebabkan perusakan membran basal menyebabkan
pertumbuhan dan proliferasi tangkai sel epitel ke dalam.3
Sekali
kantong atau kista epitel skuamosa terbentuk dalam rongga telinga tengah,
terbentuk lapisan-lapisan deskuamasi epitel dengan kristal kolestrin mengisi
kantong. Matriks epitel yang mengelilinginya meluas ke ruang-ruang yang
ada di ruang atik, telinga tengah dan mastoid. Perluasan proses ini
diikuti kerusakkan tulang dinding atik, rantai osikular, dan septa mastoid
untuk memberi tempat bagi kolesteatom yang bertambah besar.
Dulu
dianggap bahwa tekanan yang terjadi karena kolesteatom yang membesar
menyebabkan destruksi tulang. Kini terbukti bahwa erosi tulang disebabkan
karena adanya enzim osteolitik atau kolagenase yang disekresi oleh jaringan
ikat subepitel. Proses osteogenesis ini disertai osteogenesis dalam
mastoid dengan adanya sklerosis. Infeksi pada kolesteatoma bukan hanya
menyebabkan sklerosis mastoid yang cepat tetapi juga peningkatan proses
osteolitik.
Daftar
Pustaka
- Djaffar Zainul A. Kelainan
Telinga Tengah. In: Soepardi EA, Iskandar N; editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, ed. 5. Jakarta; Fakultas
Kedokteran Ilmu Indonesia; 2001.p. 49-62
- The National Deaf Children`s
Society. Cholesteatoma. Avaiable at: http://www.ndcs.org.uk
(last access: January 24th, 2006)
- Underbrink M, Gadre A.
Cholesteatoma. In: Quinn FB, Ryan MW; editor. Grand Round Presentation,
UTMB, Dept. Of Otolaryngology. Avaiable at: http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/Cholesteatoma-020918/Cholesteatoma.pdf (last access: January 24th, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar