LATAR
BELAKANG
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran
longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan
pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani.
Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani
persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam
lingukangan secara umum disebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo
gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan
waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi
dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain
yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi
kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan
dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang, walaupun masing
- masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran
apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara
musik bersala dari gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara
ditambah sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang
khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun
alat tersebut memberikan nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan
kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking
(penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau
absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya
teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain
berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, Efek
penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang
tertentu dan dapat diukir.
Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah
gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran। Gelombang diubah oleh gendang telinga
dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki stapes.
Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. Efek gelombang
pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf. (William F.Gannom,1998)
Anatomi system
pendengaran (Telinga)
Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari
telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan
gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di
intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga
adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari
setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Telinga
mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :
Pendengaran (N.
Coclearis)
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari
telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan
gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di
intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga
adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari
setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Telinga
mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :
1. Pendengaran (N. Coclearis)
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
Telinga luar
Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
Meatus Acusticus
Eksternus
Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius
eksterna
Canalis Auditorius
Eksternus
Meneruskan suara ke memberan timpani
Membran timpani
Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi
gelombang mekanik।
Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang
menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba
eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat
terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah sampai pada
gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga,
lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang pendengaran.
Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil,
landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga
dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval
window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam
telinga dalam.
Telinga
tengah terdiri dari :
Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :
Proteksi:
melindungi ndari kuman
Drainase:
mengeluarkan cairan.
Aerufungsi:
menyamakan tekanan luar dan dalam.
Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan
stapes)
Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk
diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule
akan berkembang.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
Koklea
Skala vestibule:
mengandung perlimfe
Skala media:
mengandung endolimfe
Skala timani:
mengandung perlimfe
Organo corti
Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor
pendengaran di memberan basilaris.
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari
"cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur
rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara
menjadi getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran
tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus
gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga
dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau terpapar
bising yang keras secara terus menerus. Gangguan pendengaran yang diseperti ini
biasa disebut dengan sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak
tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai
contoh mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit
membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada
tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang
terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi
apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua
suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan.
Contoh kecil seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta
seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7
nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar
secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami kerusakan,
tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan
dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk
menjaga agar selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan
menghindari sering terpapar oleh bising yang keras.
Keseimbangan
(N. Vestibularis)
a. Canalis Semisirkularis
Canalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau deselarisasi anguler atau rotasional kepala,
misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar
kepala. Tiap – tiap telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak
lurus satu sama lain.
b. Utrikulus
Utrikulus adalah
struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis
semisirkularis dan koklea. Rambut–rambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol
ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan
perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut.
Sel-sel rambut
utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear horizontal, tetapi tidak
memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.
c. Sacculus
Sacculus adalah
struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis
semisirkularis dan koklea. Sacculus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali
dia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi
horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau
deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau berada dalam elevator).
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke
telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar.
Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama
lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian
getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal
ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap
bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion
kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang
kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui
saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga
1. Tuli konduktif
Karena
kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah
a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif
adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumsripta, osteoma liang teling.
b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif
adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pensdengaaran.
2. Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada
sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau
kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada
:
a. Organo corti
b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais
c. Pusat pendengaran otak
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna
sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).
Kekurangan Pendengaran
Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah
keadaan dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan
yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran. Sebagi dokter umum
cukuplah memperhatikan keempat aspek penting berikuta ini :
· Penentuan
pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.
· Jenis
kurang pendengaran
· Derajat
kurang pendengaran
· Menentukan
penyebab kurang pendengaran
1. Penentuan
pada penderita apakah ada KP atau tidak
Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting yang
harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon manusia terhadap suara atau
percakapan yang didengranya tergantung pada umur pertumbuhannya. Usia 6 tahun
diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau
percakapan berbeda-beda tergantung umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon
anak terhadap suara atau percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa
karena luasnya aspek diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam
makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6 tahun
keatas dan dewasa.
2. Jenis
KP
Jenis
KP berdasarkan lokalisasi lesi :
a. KP jenis hantaran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga
tengah.
b. KP jenis sensorineural
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea dan
N.VIII)
c. KP jenis campuran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga
dalam.
d. KP jenis sentral
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang
otak sampai dengan korteks otak.
e. KP jenis fungsional
Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organic pada
system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan berdadasarkan adanya
masalah psikologis atau omosional.
Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih terbatasnya
pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut, disamping masih belum banyak
dikenal teknik uji pendengaran yang dapat dimanfaatkan untuk bahan diagnostik,
maka pada makalah ini akan dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran
sensorineural dan campuran saja.
3. Menentukan
penyebab KP
Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara kempat
batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :
a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya
KP tersebut
b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan
tenggorokan ) yang teliti.
c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto
laboratorium)
Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi
pendengaran penderita, yaitu :
a. Tes bisik
b. Tes bisik modifikasi
c. Tes garputala
d. Pemeriksaan audiometric
Tes Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan
audiometri
Ketajaman
pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan
nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi
ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi
dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat
ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
Definisi
Audiometri berasal
dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur
(uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman
pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi
kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.
Audiometri adalah
subuah alat yang digunakan untuk mengetahui
level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan
audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes
audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran
atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman
pendngaran.
Pemeriksaan
audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang
kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
Audiometri nada
murni
Suatu sisitem uji
pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi
nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat
diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan
melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa
pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui
hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga
akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran
seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran
untuk nada murni.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk
memahami percakapan sehari-hari.
Tabel
berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran
Kehilangan dalam
Desibel
|
Klasifikasi
|
0-15
|
Pendengaran normal
|
>15-25
|
Kehilangan
pendengaran kecil
|
>25-40
|
Kehilangan
pendengaran ringan
|
>40-55
|
Kehilangan
pendengaran sedang
|
>55-70
|
Kehilangan
pendenngaran sedang sampai berat
|
>70-90
|
Kehilangan
pendengaran berat
|
>90
|
Kehilangan
pendengaran berat sekali
|
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang
pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan
frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik
berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan
dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila
terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang
pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
2) Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang
menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu
alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan
pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni,
hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang
dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh
pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian
disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya,
atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman,
kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur.
Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan
apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin
dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase
kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas.
Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas
suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata
yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi
kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah
kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang
lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel
(dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan
tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan
dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah
persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas
suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada
audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat
nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar
kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai
50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.
Kriteria orang tuli :
ü Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
ü Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB
ü Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80
dB
ü Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80
dB
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi,
apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan
alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan
oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat
hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita
memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada
gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng
kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan
kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila
tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan
0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja
perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam
telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang
telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.
b. Manfaat audiometri
1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ketulian pada
anak-anak
c. Tujuan
Ada empat tujuan (Davis, 1978) :
1) Mediagnostik penyakit telinga
2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan
sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas
dan pekerjaan, apakah butuh alat bantu dengar atau pendidikan
khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehakiman dan
asuransi).
3) Skrinig anak balita dan SD
4) Memonitor untuk pekerja-pekerja ditempat bising.
Mesin
Audiometri
Pemeriksaan Audiometri
Prosedur
kerja :
1.
Menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan :
a.
Mesin
audiometer
b.
Ruang
kedap suara
c.
Head phone
d.
Tombol
respon
e.
Kertas
audiogram
2.
Jelaskan
pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3.
Siapkan
alat – alat : instrument yang dibungkus harus dalam keadaan bersih ; cek
komponen head phone, tombol respon dalam keadaan kondisi baik dan siap pakai
4.
Tempatkan
/ posisikan pasien sedemikian rupa sehingga tidak dapat melihat tangan atau
mata pemeriksa (didalam ruangan kedap suara yang tersedia)
5.
Berikan
instruksi dengan lengkap, singkat dan jelas
6.
Tekan
switch pada posisi ON untuk mengaktifkan alat
7.
Tekan
Man / Auto
8.
Pilih
pengukuran AC untuk hantaran udara atau BC untuk hantaran tulang dengan menekan
:
a.
Tombol
merah untuk pengukuran AC kanan
b.
Tombol
biru untuk pengukuran AC kiri
c.
Tombol
hijau R untuk pengukuran BC kanan
d.
Tombol
hijau L untuk pengukuran BC kiri
9.
Pasangkan
headphone dengan hati – hati, pada kepala pasien, posisikan yang benar, tepat
ditengah liang telinga luar, dengan warna merah untuk telinga kanan dan biru
untuk telinga kiri
10. Periksalah terlebih dahulu telinga
yang sehat kemudian telinga yang terganggu
11. Mulai pemeriksaan pada frekuensi :
1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz, lalu disusul pemeriksaan pada nada
rendah : 250 Hz, 500 Hz.
12. Tekan tone switch (untuk memberi
rangsangan bunyi) Apabila pasien mendengar pasien wajib menekan tombol pasien
respond dan lampu respon pada panel control akan menyala, mengindikasikan
pasien mendengar bunyi tersebut. Jangan memutar tombol hearing level selama
tombol tone switch masih ditekan. Apabila pasien tidak mendengar / merespon turunkan
volume dB (desible) dengan memutar regulator HLdB yang berada disebelah kiri
pada panel control. Apabila pasien mendengar / merespon naikkan regulator HLdB
kemudian tekan Tone Awitch kembali, jika pasien tetap mendengar / merespon
naikkan Regulator HLdB sampai batas nilai dimana pasien tidak dapat mendengar /
merespon suara lagi. Kemudian tekan store untuk menyimpan data, secara otomatis
data akan tersimpan.
13. Data yang sudah tersimpan dapat
dilihat kembali dengan menekan tombol Shift dan Display Threashould secara
bersamaan.
14. Untuk memulai pasien baru, hapus data
yang sudah tersimpan dengan menekan tombol shift dan Del secara bersamaan
15. Bila mematikan alat tekan Switch pada
posisi OFF.
16. Cuci tangan.
Apabila pasien pendengarannya berkurang, maka lanjutkan
pemeriksaan dengan BONE (hantaran tulang).
Cara kerja pemeriksaan Audiogram dengan Bone :
1.
Sama
dengan pemeriksaan pada hantaran udara / AIR, bedanya bahwa rangsangan bunyi
diberikan melalui vibrator yang diletakkan diatas processus mastoideus
2.
Frekuensi
yang diperiksa hanya 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan frekuensi rendahnya 500 Hz.
3.
Setelah
pasien selesai diperiksa, rapikan pasien, mesin audiometri dan perlengkapannya.
Hasil
audiogram diberikan pada dokter untuk dibaca setelah selesai dibaca disimpan
dalam status pasien atau dibawa oleh pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar